Mengharukan, Petani Miskin Jual Harta Demi Pendidikan Anak, Hadir Wisuda Tanpa Alas Kaki

Mengharukan, Petani Miskin Jual Harta Demi Pendidikan Anak, Hadir Wisuda Tanpa Alas Kaki

Kasih sayang orangtua kepada anak memang tidak terhingga. Mereka rela melakukan apa saja demi membantu anak mencapai mimpi-mimpinya. Seperti yang dilakukan oleh seorang pria di Provinsi Nan, Thailand ini. Dia memang cuma seorang petani sederhana yang tidak mendapatkan pendidikan memadai.

Namun, dia tidak mau anaknya menjadi sama seperti dirinya. Petani ini bekerja keras dan menggunakan hasil sawahnya untuk membiayai pendidikan sang anak hingga akhirnya berhasil lulus dari perguruan tinggi. Foto ketika anaknya yang memakai toga sebagai tanda kelulusan pun viral di media sosial.

Dalam foto itu, petani yang hanya memakai celana pendek, baju lusuh dan bahkan tanpa alas kaki, berfoto bersama dengan putranya yang gagah dalam balutan toga. Dilansir dari Wowamazing, ibu pemuda ini meninggal tak lama setelah melahirkan dirinya. Alhasil, sang ayah mengambil tanggung jawab sebagai orangtua tunggal.

Dia mengasuh anak sambil berusaha keras memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk dalam hal pendidikan. Pria ini juga rela menjual barang-barang berharga agar anaknya bisa mendapatkan pendidikan setinggi mungkin.

Sang anak tak menyia-nyiakan pengorbanan ayahnya tersebut. Dia juga tak malu berfoto dengan ayahnya yang tampil apa adanya, padahal dia lulus dari kampus bergengsi yaitu Ratchpatr University di Chiang Rai, Thailand bagian utara.

“Ayahku adalah kebanggaan terbesarku. Terima kasih karena telah membantu saya menyelesaikan pendidikan,” ujarnya. sumber : indozone.id

Kisah Inspirasi Lima orang ini sukses jadi petani usai pilih serius menekuninya.

Profesi petani identik ‘ndeso’ alias tak kekinian karena mengharuskan seseorang menggarap sawah hingga memanen padi atau sayuran. Nyatanya hal itu hanya stereotip yang diberikan masyarakat. Petani merupakan profesi mulia yang membantu menjaga ketersediaan pangan di tengah masyarakat.

Saat ditekuni serius, profesi petani memberi banyak keuntungan. Disamping berupa penghasilan uang/gaji, ada keuntungan lain berupa kesenangan batin karena bisa merawat padi, sayur, atau buah hingga berguna bagi orang banyak.

Lima orang ini mantap menekuni profesi sebagai petani. Masing-masing punya cerita menarik soal alasan di balik mau menjadi petani hingga ladang yang mereka garap.

1. Mantan office boy jadi petani

Kisah Sukses Jadi Petani, Mantan Preman hingga Lulusan UGMKisah Sukses Jadi Petani, Mantan Preman hingga Lulusan UGM Foto: YouTube capcapung
Raga adalah mantan office boy (OB) yang sukses jadi petani. Dikutip dari YouTube CapCapung, Raga mengatakan pilih jadi petani untuk mendapat pemasukan yang lebih besar. Pasalnya gaji sebagai OB perusahaan tidaklah besar.

Akhirnya pada 2016, Raga putuskan berhenti jadi OB dan serius menekuni profesi petani. Ia menggarap lahan sang mertua. Pria asal Bantul ini lantas belajar menanam bawang hingga cabai.

Siapa sangka ia mendapat keuntungan besar dari menjadi petani. Jika dirata-rata, Raga mengantongi Rp 10-15 juta per bulan. “Alhamdulillah, bisa bangun rumah. Istilahnya menyenangkan istri dan anak-anak,” kata Raga.

2. Mantan preman sukses bertani

Bagas Suratman punya kisah hidup menarik. Ia mengakui dulu seorang preman, pengangguran. Tapi lewat utas di Twitter aryprasetyo85, diketahui Bagas kini sukses jadi petani. Ia menggarap lahan di Tangerang.

Kebun seluas 26 hektar sekarang berada di bawah tanggung jawabnya. Uniknya Bagas tidak ‘jalan’ sendirian sebagai petani. Ia merangkul orang-orang dari berbagai kalangan untuk mengenal dunia tani sehingga bisa punya penghasilan.

Sudah sekitar 10 tahun terakhir ia menjadi petani dan membagikan ilmunya. Mengenai hasil tani di kebun Bagas, ada banyak buah dan sayur berkualitas unggul yang dihasilkan. Ia juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah pusat dan daerah atas inisiatif mulianya.

3. Magang jadi petani di Jepang

Zakaria Sidik pilih jadi petani di Jepang. Meski hanya magang, ia mengaku bisa kantongi puluhan juta rupiah dalam sebulan. Zakaria bekerja di kawasan Ibaraki. Tugas utamanya adalah menanam dan menjaga sayuran pertanian di Jepang.

Zakaria berujar di Jepang ada waktu-waktu sibuk di sektor pertanian. Di saat inilah ia bisa mendapat lebih banyak uang. Saat musim panen, Zakaria mendapat Rp 20-40 juta per bulan untuk di kebun dataran tinggi.

Berbagai sayuran ditanam di tempat Zakaria bekerja. Diantaranya kubis, selada, jagung, wortel, daun bawang, hingga cabai. Menjadi petani bukanlah hal asing untuk Zakaria, sebab ia pernah sekolah bertani dan memiliki orang tua yang berprofesi sebagai petani.

4. Lulusan UGM jadi petani

Profesi petani juga menarik minat anak muda. Salah satunya lulusan Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM), Dipa. Ia banyak bercerita soal kegiatannya jadi petani di Twitter pribadinya.

Sejak Januari 2020, Dipa mantap jadi petani. Ia lalu terjun ke kebun dan ladang pada Maret 2020. Dipa sendiri sudah tertarik jadi petani sejak di bangku kuliah. Ia bergabung dengan komunitas sektimuda yang merupakan wadah belajar bersama tentang pertanian alami.

Dipa menanam banyak sayuran di ladangnya. Ada caisim, kangkung, bayam, sawi hijau, dan banyak lainnya. Soal menjadi petani, Dipa punya dua alasan. Pertama, mau mencari penghasilan halal dan berkah. Kedua, tidak mau semakin merusak alam. Seperti ini perjalanannya.

5. Mantan manajer jadi petani

Ia dulunya berprofesi sebagai manajer di sebuah perusahaan, tapi usai di-PHK dirinya banting setir jadi petani sayur hidroponik. Sayangnya perubahan profesi ini membuat Bang Tani mendapat perlakuan tak menyenangkan.

Lewat utas Twitter ia bilang dijauhi teman dan ditertawakan tetangga. Bahkan tak ada lagi undangan reuni. Meski begitu, Bang Tani fokus pada usahanya menghasilkan sayuran berkualitas baik.

Saat ini dirinya punya sekitar 1.200 lobang tanam. Hasil pertaniannya dijual online dan dititip ke warung. “Meski orang orang lihat saya hanya penjual sayur namun saya lebih punya waktu untuk keluarga dan bisa berbagi ilmu ke yang lain. Semoga bisa berbagi juga untuk teman teman semua,” kata Bang Tani. (sumber: detik)

LihatTutupKomentar